Tuesday 11 November 2014

Batik Bayat

Batik Tulis Bayat

Beberapa sentra produksi di Kecamatan Bayat, antara lain Batik Cap di Desa Beluk, Batik Tulis di Desa Jarum dan Desa Kebon, dan Batik Tenun Lurik di Desa Tegalrejo. Untuk proses pembuatan batik dari penggambaran motif batik, pembatikan, pencelupan, pengeringan, pengemasan sampai produk batik siap dipasarkan terdapat di Kabupaten Klaten itu sendiri. Sehingga tenaga kerja sebagian besar berasal dari Kecamatan Bayat yang telah menekuni usaha batik karena membatik dilakukan secara turun-temurun.

a)             Sejarah
Desa Bayat ini sekarang ada pertilasan yang dapat dikunjungi oleh penduduknya dalam waktu-waktu tertentu yaitu “makam Sunan Bayat” di atas Gunung Jabarkat. Jadi pembatikan di Desa Bayat ini sudah ada sejak zaman kerjaan dahulu. Alkisah, Ki Ageng Pandanaran berangkat ke Bayat mengikuti perintah Sunan Kalijaga untuk melakukan tapa dan menjalankan kehidupan religius. Di sana, putra Ki Ageng Pandan Arang itu justru menetap dan menyebarluaskan Islam. Begitu sohornya contoh hidup Pandanaran hingga ia pun lebih sering dikenal sebagai Sunan Bayat. Konon, sembari menyebarkan Islam, ia juga mengajari rakyat di Bayat, khususnya di Desa Paseban, keterampilan membatik. Tujuannya adalah untuk pemenuhan kebutuhan pakaian Sunan berikut sanak familinya. Dari sinilah usaha batik di Bayat, yang kini merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, bercikal bakal. Pengusaha-pengusaha batik di Bayat tadinya kebanyakan dari kerajinan dan buruh batik di Surakarta.
a)             Bahan Baku
Sumber bahan baku kain mori berasal dari Surakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Kain mori merupakan kain tenun berwarna putih yang terbuat dari kapas dan dipakai sebagai bahan untuk membuat kain batik.
Batik-batik yang ada di Kecamatan Bayat ini pemasarannya bukan hanya di Kabupaten Klaten saja, melainkan hingga, ke luar kota seperti Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Jakarta hingga ke luar negeri seperti Malaysia, Thailand, dan India, namun sebagian hasil batik ini dikirim ke Surakarta. Sejak berdirinya Keraton Surakarta melalui perjanjian Giyanti (1755) banyak batik-batik yang digunakan oleh kerabat Keraton Surakarta dibuat di Bayat Klaten, dengan demikian keterkaitan batik Klaten dengan batik Solo merupakan keterkaitan yang sudah terjadi sejak masa lampau. Corak khas batik Bayat terdapat pada coklat sogan dan tanahannya ukel dan grinsing yang menyatu. Sedangkan motif-motifnya mengambil dari motif klasik batik Solo (sido, semen, dsb).  Kolaborasi corak-corak tersebut muncul akibat interaksi yang sudah cukup lama antara Klaten dengan Surakarta.
a)             Permodalan
Sumber modal usaha Batik Bayat ada yang berasal dari modal sendiri, kredit, sistem simpan pinjam, dll. Selain itu, ada juga yang mendapat bantuan modal dari lembaga-lembaga lain seperti batik tulis di Desa Kebon yang mendapat bantuan modal dari lembaga IOM ( International Organization for Migration) dan lembaga donor JRF (Java Reconstruction Fund).
b)            Pendidikan  Keterampilan
Selain itu, terdapat juga pendidikan yang mendukung adanya perkembangan UKM Batik Bayat ini. Salah satunya adalah SMKN 1 Rota di Kecamatan Bayat. Sekolah kejuruan ini membekali siswa ketrampilan teknik dan pengetahuan seni tekstil berfokuskan pada seni batik, mencetak siswa yang mampu menopang industri tekstil daerah dan nasional.
Sehingga dengan adanya pendidikan SMK ini membantu untuk mengembangkan industri Batik Bayat sehingga Batik Bayat mampu bersaing di pasar internasional.

No comments:

Post a Comment